Jumat, 08 Desember 2017

LARUT DENGAN KERUNTUHAN YANG DIANGGAP KEBANGKITAN

 

Bukan lagi berbalik, bahkan mungkin telah berlari jauh dari konsep aslinya. Dakwah yang menjunjung tinggi ajakan pada kebaikan, kini mulai beralih pada seruan kebencian. Begitu banyak topeng-topeng yang mulai laris di muka bumi Allah ini. Ayat demi ayat dijadikan dagangan laris sesuai pesanan. Agama yang tujuannya adalah kedamaian dialihfungsikan menjadi peperangan dengan alasan ketidak-adilan. Kepintaran manusia dalam memanipulasi menjadikan yang asli terlihat palsu dan yang kw mendadak jadi nomor satu.

Khilafah adalah salah satu fakta pro kontra pemikiran kaum muslimin yang sebenarnya belum dipahami secara utuh oleh anggota kelompok yang berseteru. Tiap kali kata-kata yang dikumandangkan bernilai agamais, mereka yang tidak mengerti langsung bersikap pro atau pun kontra tanpa dasar iqro sama sekali. Boleh dikatakan bahwa kemasan idealisme seseorang saat ini  tidak berdasar lagi pada keutuhan pelaksanaan pendapatnya. Lebih cenderung "asal bunyi yang penting bersuara". Orang itu akan berteriak, "Saya A," namun bertindak sebagai B.

Nah, wabah asal bunyi ini sudah meradang ke mana saja bahkan malah di pelosok menjadi lebih marak. Masing-masing tersuguhkan pemikiran mengkotak-kotakkan diri, kemudian narsis dengan kelompoknya dan berujung menjadi pemuja diri sendiri. Tidak mengherankan jika dalam pengelempokan pengelompokan yang mengatasnamakan agama ini akhirnya terjadi kewajiban mengkultuskan pemimpinnya.

Di sisi lain, pencarian demi pencarian dilakukan oleh golongan yang jenuh dengan sistem yang mereka anggap tekanan. Sebahagian menemukan jalan namun ada juga yang justru malah kebablasan terikut pemikiran nyeleneh seperti kasus Lia Eden atau Ahmad Musoddek.

Berikutnya adalah golongan elit intelektual yang berpikir bahwa Islam itu dangkal hanya sesuai pengetahuannya. Ketika ia menjadi Profesor di bidangnya, apalagi bidang tersebut dianggap sulit seperti kimia atau yang lain, ia mulai menganggap dirinya paling tahu. Anggapan bahwa ilmu agama adalah hal yang tidak begitu sulit, menjadikan mereka remeh dengan situasi. Tak ayal, mereka jarang sekali memperjuangkan generasinya untuk lebih mendalami agama. Sebab menurut mereka, Islam mudah dicerna dan dipahami-serta tidak membutuhkan pendalaman sama sekali. Tak mengherankan jika kita sering mendengar mereka bicara tentang agama dan mengatakan itu Quran padahal hadist, itu hadist ternyata kata-kata mutiara. Bahkan banyak yang  menjadi kiyai dadakan disebabkan kedangkalan pengetahuannya memandang gelar yang ia sandang. Tak heran jika baru saja terjadi seorang Ustadzah yang baru belajar IMLA, sudah berani nampang di televisi.

Ada lagi kelompok elit materi yang meyakini Rahman Allah SWT ada pada dirinya, menurut mereka itu terbukti dengan kekayaan yang mereka miliki adalah anugerah sebagai bentuk kasih sayang-Nya. Kelompok ini juga semakin menjamur. Ketika ia menjadi semakin kaya, semakin tinggi keyakinannya bahwa ia dalam kebenaran, tanpa perduli apa jalan yang ia buat menuju kaya, korupsikah, jual diri, jual agama, mencuri, menipu? Nggak penting bagi mereka semua itu yang terpenting adalah kaya. Hanya satu yang ada di benak mereka, "Allah kan Maha Tahu dan Maha Pengampun?" Mereka sedang asyik sehingga lupa bahwa di akhirat nanti ada maaf yang datangnya hanya dari manusia disebabkan urusannya ketika di dunia adalah antar sesama manusia. Semua yang kita hasilkan dari tipuan kepada manusia akan kita kembalikan nanti di akhirat. Na'uzubillah min dzalik.

Nah, sedikit memandang kejadian kejadian di atas, saya bertanya-tanya dengan  suara-suara merdu yang mengatakan, "Islam telah bangkit." Dari sudut mana bangkitnya???

Islam Rahmat atas alam semesta, tentu hal ini sejalan dengan kedamaian dan perdamaian. Allah berfirman;“Sesungguhnya orang-orang mu’min adalah bersaudara, karena itu damaikanlah kedua saudaramu dan bertakwa-lah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.” (Al-Hujurat: 10).

Tugas seorang muslim adalah mendamaikan, bukan malah senang dengan pertikaian. Peristiwa saudara kita Abu Janda dengan Felix Siauw adalah peristiwa pertikaian yang malah diminati oleh sekian banyak orang di media sosial terutama youtube. Dalam sehari saja 3,2 juta penonton tayangan debat mereka berdua. Mudah-mudahan ini bukan karena kaum muslimin sedang senang bertikai. Hanya itu doa yang bisa kita panjatkan.

Kepada seluruh kaum muslimin dan muslimat; marilah kita mulai berbenah diri dengan kesadaran bahwa fakta tentang adanya Ustadzah yang salah menulis dan perdebatan kedua saudara kita yang bisa berakhir pertikaian adalah peringatan bagi kita untuk mulai berjuang memegahkan kembali Islam dengan cara yang diridai Allah SWT.

Bagi yang ingin menjadi pendakwah; bicaralah tentang apa yang benar-benar Engkau pahami dan jangan malu untuk berkata, "tidak tahu", ketika Engkau memang sedang tidak tahu.

Bagi kita yang awam, mari kita perdalam ke-Islaman kita dengan merenung diri akan apa yang sudah kita perbuat dalam kebaikan atau kemaslahatan?? Jika ada rasa senang melihat saudara-saudara kita bertikai, mari kita jihad melawan hawa nafsu yang sedang tertimpa penyakit hati dengan istighfar dan istighfar lagi. Amran HS

Untuk lebih jelas, tonton video ini sampai habis! https://www.youtube.com/watch?v=5WrmZy3cFF4


Jumat, 01 Desember 2017

ULAMA PESANAN ZAMAN



Bangsa yang begitu besar ini tampaknya semakin sulit mandiri. Selalu menjadi boneka yang sangat mudah dimainkan. Pandangannya begitu sempit dan hatinya semakin kerdil. Hal-hal yang bisa dilihat, hanyalah hal jahir yang tampak jelas di depan mata. Jarang sekali penduduk bangsa ini berupaya memejamkan mata jahirnya dan membuka lebar mata hatinya untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi di negeri ini?

Masih membekas di ingatan saya tentang apa yang dikatakan KH. Zainuddin MZ kurun waktu puluhan tahun yang lalu tentang sebuah ramalan bahwa di era tahun 2000 ke atas; ulama bakal "gulung tikar". Apa yang beliau katakan bukanlah omong kosong belaka. Hal tersebut terbukti nyata di mata orang orang yang Allah kehendaki. Boleh jadi; ulama yang dimaksud Pak Kiyai gulung tikar adalah ulama yang sebenarnya, sementara ulama pesanan zaman tetap eksis bahkan semakin berkibar tanpa mereka sadari apalagi kehendaki. Satu hal yang perlu digarisbawahi adalah bahwa saya bukan mengatakan yang berkibar adalah ulama su (buruk).

Indonesia merupakan negeri yang sangat kaya dan berpenduduk muslim terbesar di dunia. Boleh dianalisa oleh masing masing kita bahwa yang saya tahu; di mana ada muslimin maka di situ akan berlimpah kekayaan alamnya. Terlepas penduduknya dapat menikmati atau tidak. Sebab Allah memberikan syarat amanuu wattaqou yakni iman dan taqwa dalam rangka menanti kata lafatahna (akan kami bukakan).

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰٓ ءَامَنُوا۟ وَاتَّقَوْا۟ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَآءِ وَالْأَرْضِ وَلٰكِن كَذَّبُوا۟ فَأَخَذْنٰهُم بِمَا كَانُوا۟ يَكْسِبُونَ ﴿الأعراف:٩٦﴾

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.

Apa itu iman dan taqwa? Apakah penduduk negeri ini belum beriman dan bertaqwa sehingga belum mampu menikmati kekayaan alamnya secara merata?? Dalam hal inilah saya sangat menginginkan kita untuk berpikir lebih cerdas dengan mengedepankan mata bathin serta berserah pada Allah SWT.
 
Tentang ulama, sudut pandang awam dan dalang dalam cerita Indonesia sangat penting untuk kita pahami bersama agar iman dan taqwa yang hakiki itu dapat tertanam di sanubari kita demi terrwujudnya Islam Rahmatan Lil'alamin.

Di kacamata saya; Indonesia merupakan negeri idaman yang sedang dikuasai namun belum sepenuhnya oleh orang-orang atau kelompok kecil bahkan besar. Mereka tidak secara vulgar menampakkan penjajahannya. Sebab mereka sangat takut apabila kita tersadar.

Dari mulai bangun tidur sampai tidur lagi bahkan apa yang kita perbuat dan pikirkan sepanjang bangun sampai tidur pun sedang mereka pengaruhi untuk asyik dalam permainan yang mereka ciptakan. Beberapa contoh akan saya sampaikan dalam tulisan ini agar mata bathin kita melek demi melihat kejadian kejadian penting yang sedang mereka rekayasa. Sampai akhirnya sebahagian kita merasa menang dan sebahagian lagi merasa kalah, kemudian kita dimasukkan ke arena perang antar kita demi terwujudnya silang sengketa di Indonesia.


  • KH. Zainuddin MZ adalah tokoh berpengaruh yang sudah mulai diamanati umat dengan kepercayaan besar dalam mencontoh pola pikirnya. Apa yang dikatakan Pak Kiyai pada masa kejayaannya akan dijadikan umat sebagai pedoman dalam beragama bahkan secara langsung atau tidak langsung dalam bernegara. Pak Kiyai menghindari perbedaan, menjauhi bicara khilafiah, motto dakwahnya adalah asah asih asuh dan goalnya adalah persatuan.
  • KH. Abdullah Gimnastiar adalah tokoh yang hampir sama persis dengan Kiyai MZ. Kelembutannya dalam dakwah menjadikan umat menyatu dalam keheningan kasih sayang. Fokus dakwahnya adalah Qolbu (hati) yang populer dengan dengan kalimat "jagalah hati jangan kau nodai". Apa goalnya? Tetap sama yaitu persatuan.

Kemana perginya kepercayaan umat yang begitu dahsyat kepada mereka berdua???

Kepercayaan itu direkayasa untuk hilang dengan mencarikan titik lemah mereka, kemudian umat dirasuki oleh pemikiran bahwa mereka tidak lagi pantas dipercaya. Karena persatuan umat adalah monster yang paling menakutkan bagi dalang itu. Itu jawaban menurut saya yang sangat menginginkan persatuan umat Islam sebagai penduduk terbanyak di negeri ini.

Maka populeritas akan mereka anugerahkan hanya kepada orang-orang yang membawa trend baru yang kelihatan asyik padahal membodohi dan secara pelan pelan; umat terikut dengan trend  itu kemudian malah menjadikannya pesanan buat ulama. Jika umat menginginkan ulama yang tampan (karena sedang trend), maka ulama pun harus tampan baru boleh populer di kalangan umat. Jika umat sedang terbius image bahwa ulama itu harus sederhana dan rendah hati, maka ulama pun harus memakai simbol nama al faqir dan berpakaian seadanya agar dapat diterima umat. Jika umat menginginkan ulama gaul karena sedang ngetrend,  maka ulama pun harus mendadak gaul baru diterima. Bahkan di kala umat sedang senang dengan ulama yang marah-marah dan gila perang, maka para dai pun mendadak jadi pemarah dan asah golok. He he he, saya cuma bercanda.

Sampai kapan kita jadi permainan mereka???

Perhatikan baik-baik! 

  1. Jihad kita hari ini adalah menjaga lisan dari menyakiti hati orang lain. Menghargai perbedaan adalah jawaban atas semua konflik saat ini.
  2. Mencerdaskan generasi dengan ilmu dan akhlak yang Islami tanpa harus membuang kebudayaan lokal yang sebenarnya sangat baik untuk dilestarikan sepanjang bersesuaian dengan agama. Bukan malah mengikuti kebudayaan asing.
  3. Jangan larut dalam populeritas jika akhirnya umat semakin berpecah belah! Hilangkan ke-egoan dengan kembali saling menghargai perbedaan.
  4. Tidak salah jika para pemimpin kelompok-kelompok yang sedang ada dalam sengketa lahan kebenaran, untuk berkumpul bersama dalam sebuah meja muzakarah demi umat.

Sebab ketika ulama mulai berbicara tentang perbedaan, yang tumbuh adalah sengketa lahan kebenaran dan berakibat perang hujjah atau argumentasi untuk saling menyalahkan, merendahkan, bahkan mengkafirkan. Padahal kesemuanya itu hanyalah hak Allah semata-mata. Walau pun seperti yang saya tuliskan di atas tadi, bahwa ketika jihad kita untuk bersatu mulai terbaca oleh dalang-dalang itu, populeritas akan runtuh di bumi namun bangkit di langit.

Bersatunya hati kita umat Islam bukan harus terlihat berkumpul di satu lapangan. Bersatunya kita umat Islam akan mulai terlihat ketika kita satu suara dan satu hati. Saat itu; negeri ini akan dapat kita nikmati kekayaannya. Amin Ya Rabbal 'Alamin

Namun semuanya hanya akan tercapai jika ego kita tinggalkan, umat dan ulama mulai saling percaya dan keduanya menyadari bahwa kita sedang dalam arena permainan oranglain. Amran HS






ULAMA PESANAN ZAMAN

  https://youtu.be/iPUCCdsSqnI Bangsa yang begitu besar ini tampaknya semakin sulit mandiri. Selalu menjadi boneka yang sangat mu...