Banyak petuah lewat pepatah bahkan filosopi yang saat ini sudah tidak
efektif untuk dilaksanakan. Seiring
berkembangnya zaman, puncak pencarian atau tujuan pun mulai berubah. Terkadang
kepalsuan lebih laris dari keaslian. Tak jarang kita melihat peniru yang tidak
punya jati diri, lebih diakui dan dikenal ketimbang yang “ditiru” (diikuti).
Ada apa???
Boleh jadi memang benar bahwa makhluk dan prinsip-prinsipnya akan terus
berubah tanpa henti, terlepas ada saatnya perubahan itu kembali ke awal seperti
roda yang kadang di atas, kadang di bawah.
_AHS_
Masih ingatkah Anda dengan pepatah; Biar
Lambat Asal Selamat? Petuah ini sering kudengar dari lisan ayah. Beberapa
tahun kemudian, efektivitasnya mulai dikritik dan diragukan dengan masuknya
istilah baru; Cepat Tepat. Pergeserannya
tidak banyak dirasakan orang, namun pada pelaksanaannya, jelas-jelas perubahan
itu nyata. Keselamatan telah menjadi nomor selanjutnya setelah kecepatan.
Selamat bukan lagi menjadi tujuan. Ketika
melihat perlombaan balap motor, jelas terlihat bahwa keselamatan tidak
begitu penting. Apa dan bagaimana pun kondisinya, yang terpenting sampai ke
garis finish dengan waktu tercepat.
Banyak kejadian yang berstatus sama dengan kasus yang berbeda. Seperti
halnya pencuri dengan pemilik yang sudah semakin sulit dibedakan.
Nah, hal di atas memiliki banyak pelajaran penting yang dapat kita jadikan bahan berpikir bahwa antara satu hal yang berlawanan dengan hal lain sebenarnya memiliki hubungan searah yang patut diperhatikan. Seperti benci dengan rindu, keduanya bermakna perduli. Layaknya hukum dengan hikmah yang membedakannya hanyalah sudut pandang dan tak ubahnya zina dengan nikah (jima') yang menjadikannya halal atau haram adalah akad.
Tergesa-gesa adalah perbuatan setan, namun bergegas buat taubat demi menggapai maghfiroh Allah SWT adalah keharusan. Apa yang membedakan semua itu? Tempat dan kondisi.
Sebuah ayat yang populer dan menarik untuk ditadabburi, Firman Allah;
Wahai jiwa yang tenang! (27), Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan diridhai-Nya (28). Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hambak-Ku (29), dan masuklah ke dalam surga-Ku (30).” (Al-Fajr 27-30)
Hati yang ridha dan diridhai-Nya adalah kunci mendapatkan surga Allah SWT.
Sebuah ayat yang populer dan menarik untuk ditadabburi, Firman Allah;
Wahai jiwa yang tenang! (27), Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan diridhai-Nya (28). Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hambak-Ku (29), dan masuklah ke dalam surga-Ku (30).” (Al-Fajr 27-30)
Hati yang ridha dan diridhai-Nya adalah kunci mendapatkan surga Allah SWT.